Refleksi: Revolusi Kopernikus, Ancaman Gereja Katolik, Dan Konfliknya Dengan Dunia

Persefone Nyctophile
2 min readDec 17, 2023

--

Jika revolusi Kopernikus mengubah paradigma bahwa pusat semesta adalah matahari, maka tidak heran jika otoritas dan dunia melarang kebenaran itu muncul di muka bumi.

Sumber Gambar: Pinterest

Pada pertengahan abad ke-16, bumi sebagai pusat semesta runtuh di tangan Nikolaus Kopernikus. Menurut pengamatannya, justru selama ini planet-planet termasuk bumi lah yang mengitari matahari, bukan sebaliknya. Perhitungannya tidak mungkin salah, ia begitu yakin dengan apa yang ditemukannya.

Namun, tidak semua orang dapat menerima itu. Perubahan pandangan membuat pengetahuan tersebut dicap berbahaya. Seberapa keras pun cendekiawan meyakinkan bahwa pengetahuan tersebut tidaklah bertentangan dengan ajaran konvensional, tetapi tetap saja mereka menutup diri dan denial.

Tidak sampai sana, beberapa tahun kemudian Galileo Galilei pun menemukan pengamatan dengan kesimpulan serupa dengan Kopernikus. Ia melihat bagaimana pergerakan Merkurius dan Venus mengalami fase yang sama ketika bulan-bulan mengorbit Jupiter. Dari sanalah ia mulai menulis dan menyatakan dukungannya terhadap teori Kopernikus.

Namun, sekali lagi, teori Kopernikus tidak akan bisa semudah itu diterima oleh khalayak umum. Ini sejalan dengan Foucault dalam relasi kuasa dan kaitannya dengan pengetahuan. Maksud dari relasi kuasa adalah ketika kekuasaan membatasi kehendak atau kewenangan kaum yang termarjinal. Sesuatu yang memiliki kuasa yang lebih tinggi memiliki kewenangan untuk melakukan apa pun terhadap kuasa yang lebih rendah.

Hal tersebut terjadi pula pada Galilei. Sejak zaman dahulu hingga saat itu, pemegang otoritas tertinggi adalah gereja katolik. Tentu saja Galilei berusaha meyakinkan mereka bahwa alkitab tidak dimaksudkan untuk menjelaskan teori sains. Namun nihil, ketakutan gereja katolik akan kejatuhan kuasa membuatnya mendeklarasikan bahwa Kopernikanisme keliru pada 1616 serta melarang Galilei untuk menganutnya.

Tidak menyerah, Galilei meminta izin Paus — yang merupakan temannya — untuk mencabut keputusan pada 1616. Namun, Paus tidak menuruti tetapi mengizinkan Galilei untuk menulis buku teori Aristoteles dan Kopernikus dengan syarat tidak memihak mana pun. Buku tersebut diberi judul Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo (Dialog mengenai dua sistem dunia utama).

Tetapi, bagaimanapun juga, Paus menyadari bahwa buku tersebut dilihat sebagai argumen pendukung terhadap teori Kopernikus. Hal tersebut dianggap sebagai pelanggaran Galilei atas keputusan 1616. Pada akhirnya, Galilei dihukum untuk menjalani tahanan rumah seumur hidup dan dipaksa untuk menyangkal Kopernikanisme.

Maka dapat diambil kesimpulan, bahwa tidak mudah untuk menyatakan kebenaran. Kebenaran itu biasanya pahit, oleh sebab itu harganya sangatlah mahal. Pun, jika kebenaran itu dikatakan, maka tidak menjamin dunia akan menerimanya.

--

--

Persefone Nyctophile
Persefone Nyctophile

Written by Persefone Nyctophile

You've known by seeing my profile picture.

No responses yet